Oleh Yacob Nauly
SUARAKARYA.ID: Indonesia pemilik 17.000 lebih pulau yang membuat negara lain meneteskan air liur. Karena selain menyimpan SDA yang melimpah. Tapi juga keindahannya menawan. Yang tak dijumpai di negara lain.
Indonesia selain memiliki kawasan yang luas. Dan keindahan alamnya. Tapi juga memiliki budaya yang unik. Karena manusianya ramah dan mudah bersahabat dengan siapa saja.
Indonesia kini di atas angin karena berhak memiliki Natuna berdasarkan perintah hukum Internasional. Sudah barang tentu China gigit jari. Karena keinginan China memiliki Natuna Utara tak terakomodir dalam United Nation on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982.
Baca Juga: Lirik Lagu-lagu Daerah Papua Terkandung Pendidikan Dan Nasehat
Besarnya potensi di perairan Natuna, Kepulauan Riau, tak ayal membuat banyak negara lain iri.
Negara seperti China pasti meneteskan air liur. Karena itu dengan berbagai alasan kemudian melanggar wilayah kedaulatan RI di kawasan Natuna Utara.
Beberapa waktu lalu, para nelayan di Natuna memergoki kapal ikan asing (KIA) menangkap ikan di Laut Natuna.
Bahkan Penjaga Pantai China kedapatan mengawal kapal ikan asing di wilayah tersebut.
Soal ini membuat Indonesia marah. Karena itu Kementerian Luar Negeri bereaksi.
Kemudian memanggil Duta Besar China untuk Indonesia dan menyampaikan protes keras.
Meski demikian. China sekan tak patah semangat untuk merebut Natuna Utara.
Baca Juga: Program Pemberdayaan Adat Suku Moi Raih Penghargaan Ajang Bisnis Indonesia CSR Awards 2022
Pasalnya kawasan ini memiliki kekayaan luar biasa.
Selain kekayaan laut Natuna Utara. Juga menyimpan sumber daya minyak dan gas dalam jumlah besar.
Kekayaan Laut Natuna
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Blok East Natuna menyimpan kandungan volume gas di tempat atau Initial Gas in Place (IGIP) sebanyak 222 triliun kaki kubik (tcf). Dan cadangan terbukti sebanyak 46 tcf.
Selain itu, potensi kandungan minyak yang dimiliki Natuna mencapai 36 juta barel minyak.
Selain itu, kawasan Laut Natuna merupakan jalur perdagangan yang strategis.
Jalur ini menjadi rute utama bagi sepertiga pelayaran di dunia.
Perairan Natuna juga dianggap penting karena merupakan perbatasan dengan Malaysia dan Thailand di sebelah Barat. Vietnam dan China di sebelah utara, serta Filipina di sebelah timur.
Menurut pantauan sistem Monitoring Skylight, jumlah kapal yang lalu lalang di perairan Natuna mencapai 1.000 unit per hari.
Termasuk potensi ikan di Laut Natuna mencapai 504.212,85 ton tiap tahunnya.
Ini berdasarkan data studi identifikasi potensi sumber daya kelautan dan perikanan Provinsi Kepulauan Riau.
Jumlah tersebut hampir menjangkau 50 persen potensi Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP RI) 711. Dari total jumlah potensi 1.143.341 ton per tahun.
Dalam Putusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 47 Tahun 2016 secara resmi tercatat Laut Natuna memiliki berbagai jenis sumber daya ikan.
Beberapa di antaranya ialah ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang. Udang penaeid, lobster, kepiting, rajungan, hingga cumi-cumi.
Kemudian terdapat harta benda bersejarah. Berupa peninggalan keramik utuh juga diketahui berada di dasar Laut Natuna.
Baca Juga: Perkuat Sinergitas Kilang Kasim Latih Tenaga Teknis Satpol PP Kabupaten Sorong Padamkan Api
Harta benda tersebut tak lain merupakan peninggalan dari masa Dinasti Song pada 960 sampai 1279 masehi.
Dan masa Dinasti Qing pada abad ke 17.
Sebagian besar keramik merupakan barang niaga dari luar Nusantara maupun barang impor pada masa silam.
Indonesia Konsisten
Ulah China yang tak henti-hentinya melancarkan teror di kawasan laut cina selatan. Memacu Indonesia untuk terus meningkatkan kekuatan militer. Untuk menjaga kedaulatan negara. Termasuk di Laut Natuna Utara.
Laut Natuna Utara saat ini, menjadi lokasi kontestasi 'klaim' teritorial yang dilakukan oleh China.
Lantaran China memasukan hampir sebagian ZEE Indonesia di Laut Natuna Utara ke dalam teritorial Tiongkok.
Dalam peta yang diklaim sepihak oleh China, terlihat jelas jika Tiongkok mencaplok ZEE Indonesia di Laut Natuna Utara.
Alasan China memasukan Laut Natuna Utara ke dalam teritorial Beijing lantaran masuk Nine Dash Line.
Nine Dash Line dijadikan alasan China untuk bisa memiliki teritorial Indonesia di Laut Natuna Utara.
Tentunya Indonesia tak akan tinggal diam dengan tingkah laku China yang mengklaim Laut Natuna Utara.
Darah dan nyawa para pejuang bangsa telah dikorbankan demi berdirinya Indonesia.
Ini membuat Ketua DPR- RI Puan Maharani angkat bicara.
Menurut Puan pemerintah Indonesia sudah melakukan langkah tepat untuk mempertahankan Natuna Utara.
China harus tahu bahwa wilayah itu merupakan kedaulatan Indonesia sampai kiamat.
"Langkah tersebut kita apresiasi. Saya rasa pemerintah perlu menyampaikan kembali nota protes kepada China,"katanya melalui siaran persnya.
Klaim China di Laut Natuna Utara nampaknya bukan bualan belaka.
Baca Juga: Perkuat Sinergitas Kilang Kasim Latih Tenaga Teknis Satpol PP Kabupaten Sorong Padamkan Api
Melihat apa yang dilakukan China mengenai Laut Natuna Utara menunjuk-kan bahwa Tiongkok serius dengan klaimnya.
Pada Desember tahun lalu, laporan reuters membagikan adanya surat protes China ke Indonesia mengenai Laut Natuna Utara.
Surat yang dikirim China ke Indonesia menurut laporan reuters berkaitan dengan adanya eksplorasi migas di Blok Tuna Laut Natuna Utara.
Menurut pihak China, Blok Tuna laut Natuna Utara masih termasuk ke dalam teritorial Tiongkok berdasarkan Nine Dash Line.
Tentunya Indonesia tak mengindahkan surat dari China itu. Karena ZEE di Laut Natuna Utara jelas milik Indonesia.
Pada akhir Desember 2021, perselisihan antara Indonesia dan China atas klaim masing-masing. Atas perairan di sekitar wilayah Natuna semakin memanas.
Ini adalah area klaim yang diperebutkan dari pihak China yang melanggar Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS)
Beijing mengklaim sekitar 80% dari ruang maritim di Laut Cina Selatan.
Bagi Jakarta, wilayah yang terbentang di utara pulau Natuna berada di bawah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang diakui oleh UNCLOS sebagai perairan Indonesia. Tempat negara dapat melakukan eksplorasi sumber daya.” lapor The New Indian Express Januari
Ketegangan di wilayah laut Natuna terlihat hampir satu dekade lalu. Setelah China mulai menegaskan klaimnya atas sembilan garis putus-putus.
Baca Juga: Dianjurkan Hubungan Seks Suami Istri Harus Bahagia Demi Keutuhan Rumah Tangga
Tanggapan juru bicara kementerian luar negeri China menyatakan bahwa Beijing tidak memiliki klaim atas pulau Natuna.
China beberapa kali membuat Indonesia geram di Laut Natuna Utara.
Lantaran kapal coast guard hingga kapal survei milik China masuki ZEE Indonesia di Laut Natuna Utara.
Ini jelas mengganggu karena telah melanggar batas dan memasuki teritorial Indonesia di Laut Natuna Utara.
“Sekitar akhir Agustus, sebuah kapal 2021 survei China dan dua kapal penjaga pantai masuk ke ZEE Indonesia, meningkatkan ketegangan geopolitik antara kedua negara,” jelas sumber itu.
Alutsista Militer Canggih
Terlepas dari hal di atas, tentunya memiliki kekuatan militer yang tangguh menjadi dambaan banyak negara. Termasuk Indonesia.
Oleh sebab itu tak heran bila Indonesia terus berupaya untuk meningkatkan kekuatan militer.
Dengan memiliki militer yang tangguh. Pastinya akan selaras dengan peningkatan pertahanan dan keamanan negara.
Media asing yakni Defense News sebagaimana dilaporkan Zonajakarta.com mengabarkan mengenai rencana mumpuni dari militer Indonesia.
Dalam laporannya yang dikutip Zonajakarta.com sebelumnya dijelaskan bila Indonesia memiliki rencana besar dalam meningkatkan kekuatan militer.
Indonesia, yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, memiliki rencana ambisius untuk merekapitalisasi militernya.
Rencana Pasukan Esensial Minimum menyerukan 274 kapal Green Water Navy Angkatan Laut. 10 skuadron tempur sebagai bagian dari peningkatan besar kemampuan tempur udara dan 12 kapal selam diesel-listrik baru," jelas Defense News pada 10 Mei 2021.
Belum lama ini Indonesia berhasil menggandeng Prancis dalam kesepakatan Rafale.
Ini menunjukkan bila Indonesia sangat serius dalam upaya peningkatan kekuatan militer.
Baca Juga: Omicron Diprediksi Mendera Indonesia Juli 2022
Laut dan daratan Indonesia adalah satu kesatuan yang patut dilindungi hingga akhir zaman. Seperti kata-kata bijak berikut ini
"Setiap kali saya melihat laut, saya selalu ingin berbicara dengan orang, tetapi ketika saya berbicara dengan orang, saya selalu ingin melihat laut." -Haruki Murakami.
"Lautan menggetarkan hati, menginspirasi imajinasi dan membawa kegembiraan abadi bagi jiwa." - Robert Wyland.
Kesimpulan dari berbagai sumber di atas penulis berpendapat.
Baca Juga: Sindiran Buat Holywings Kali Ini Dilakukan Penjual Bakso: Gratis Bagi Muhammad Dan Maryam
Bahwa indonesia takkan pernah melepas sejengkal pun tanah atau perairan ke tangan asing.
Meski demikian dukungan masyarakat dan stakeholder harus nyata. Dan bertanggungjawab.
Terutama dukungan untuk meningkatkan kinerja TNI- Polri. Harus diimplentasikan dengan dukungan anggaran yang disesuaikan dengan kebutuhan.
Karena secara hukum kini "Indonesia Pemilik Natuna Utara China Gigit Jari" ***
Sumber: suarakarya.id, Zonajakarta.com, Kementerian ESDM serta Kementerian Perikanan dan Kelautan
* Oleh Yacob Nauly - Wartawan suarakarya.id, Pemegang Kartu Utama UKW Dewan Pers, Mantan Ketua PWI Sorong, Kini Ketua Dewan Kehormatan PWI Sorong, Jurnalis Ubahlaku Bentukan Kementerian Kominfo.