Oleh: Yus Dharman
SUARAKARYA.ID: Dengan dicalonkan nya Anies Baswedan, Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto oleh partai pendukung masing-masing, mulai terjadi lagi polarisasi di tengah masyarakat. Padahal dukung mendukung tersebut belum tentu murni dari para simpatisan masing-masing capres, bisa saja ditunggangi simpatisan palsu alias BuzzerRp.
Ada BuzzerRp yg kerja nya adu domba.
Hari ini dia berpihak pada rezim, lain waktu dia bully rezim, untuk memancing pihak opisisi muncul ke permukaan. Masyarakat awam yang lugu, tidak tau, lalu beranggapan itu adalah kelompok atau golongan yg sama dg dirinya sebagai oposisi, lalu ikut-ikutan menghujat regim, berpotensi melanggar UU No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.
Yang dapat di proses hukum kemudian dijebloskan ke bui, itu strategi Pancing ular keluar dari lobang. hati-hati ya. Berpolitik harus cerdas, jgn fanatik buta.
Baca Juga: Sejarah Konspirasi
Dalam buku nya Damien D. Cheong, Stephanie Neubronner, dan Kumar Ramakrishna yang berjudul Foreign Interference in Domestic Politics, campur tangan kekuatan asing di politik domestik negara-negara berkembang bisa terjadi melalui pengembangan (cultivation) jaringan dengan politisi-politisi di dalam negeri.
Berdasarkan kajian di buku tersebut, boleh saja kita mendukung jagoan kita, tapi jangan menghujat yg lg berkuasa.
Apabila Polarisasi makin memanas, akan tercipta situasi dan kondisi yg tidak kondusif. masyarakat jadi takut keluar rumah, dampaknya masyarakat yg bergerak di bidang informal akan sulit cari nafkah.
Baca Juga: Kontestasi Pilpres 2024, Jangan Jual Kucing dalam Karung
Jadi dukung mendukung nya anggap saja seperti mendukung kesebelasan sepakbola dalam liga, setelah pertandingan usai kita berbaur kembali.
Karena strategi pembangunan Negara kita masih mengandalkan penanaman modal luar negeri dan utang akibat nya negara kita belum berdaulat mutlak, kebijakan-kebijakan nya di dikte agar berpihak pada kepentingan Negara-Negara Kreditur yang terdiri dari :
1. Singapura: US$60,9 miliar
2. Amerika Serikat: US$31,8 miliar
3. Jepang: US$25,8 miliar
4. Tiongkok: US$22 miliar
5. Hong Kong: US$16,8 miliar
6. Korea Selatan: US$6,3 miliar
7. Belanda: US$5,3 miliar
8. Jerman: US$5,2 miliar
9. Prancis: US$3,9 miliar
10. Inggris: US$3,8 miliar
sampai maret 2022, menurut data box, 24/05/22.
Sehingga bukan hanya kita sebagai rakyat biasa yg mendukung kandidat capres yg sesuai dg selera kita agar menang dalam kontestasi Pemilu, namun Negara-Negara Kreditur pun, ikut cawe-cawe, mendukung capres yg dianggap dapat mengamankan investasi nya.
Menurut Zulfan Lindan, ada calon presiden (capres) yang figurnya dianggap akan menguntungkan Amerika Serikat (AS) dan ada yang akan menguntungkan China dan Rusia. Sedangkan kalau kita lihat Prabowo, dia ini Amerika juga, tapi main-main juga ke Rusia, main-main juga ke Cina, kan gitu.
"Kita bicara tiga nih, Rusia, Cina, dan Amerika. Kalau bicara kepentingan, Amerika pasti mendukung Anies.
Sedangkan RRC pasti cari alternatif lain, untuk mengamankan kepentingan nya di Indonesia, pasti dia pilih yg pro dirinya. Rusia juga begitu," sebutnya. (dikutip dari detikcom, Senin (26/9/2022).
Selanjutnya ditambahkan pula oleh
Pengamat Politik sekaligus CEO dan Founder Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago kepada SINDOnews, Kamis (16/2/2023).bahwa Anies lah yg dianggap menguntungkan AS.Nampak Anies akan didukung oleh kekuatan politik luar negeri Amerika Serikat, karena sejak kepemimpinan Presiden Jokowi, AS tidak terlalu diuntungkan dalam kontek kebijakan luar negeri Indonesia, karena lebih cenderung Tiongkok centris.
Artikel Terkait
Hoax Uang Kertas!
Sejarah Konspirasi
Kontestasi Pilpres 2024, Jangan Jual Kucing dalam Karung