• Senin, 25 September 2023

Ketika Kita Sulit Memisahkan Politik dan Olahraga

- Minggu, 26 Maret 2023 | 17:10 WIB
M Nigara - Wartawan Sepakbola Senior (Ist)
M Nigara - Wartawan Sepakbola Senior (Ist)

FIFA Berpolitik

Jika kita mengacu pada otorisasi sepakbola yang dipegang FIFA, kita sama sekali tidak punya celah untuk menolak Israel. Toh sejak awal, kita tahu kemungkinan Israel akan lolos dan pasti menimbulkan bencana seperti ini.

Tapi, jika kita telaah lebih dalam, FIFA sendiri telah memainkan politik ganda. Tengok saja sikap FIFA pada Rusia. Karena menyerang Ukraina, FIFA menghukumnya sangat berat.

Akibat keputusan FIFA-UEFA, timnas Rusia tak bisa menjalani laga playoff Piala Dunia 2022 dan absen di Qatar. Klub Rusia Spartak Moskow juga dicoret dari babak 16 besar Liga Eropa.

Lalu, akankah FIFA menjatuhkan sanksi pada Indonesia seandainya penolakan PDIP dan ormas, serta ormas keagamaan makin kuat? Semua berpulang dengan Erick Thohir, Ketum PSSI berdiplomasi.

Kita tahu persahabatan Erick dengan Gianni Infantino, Presiden FIFA begitu lekat. Erick mampu memboyong Infantino bertemu Jokowi sebagai Presiden RI. Sepanjang sejarah, belum pernah ada Presiden FIFA yang mau mendatangi presiden satu negara.

Sebagai pimpinan organisasi antarnegara yang jumlah anggotanya lebih banyak dari PBB. FIFA 209 negara dan PBB 193 plus  2 negara sebagai pengamat, Vatikan dan Palestina, FIFA terkesan angkuh. Tapi tidak di tangan Infantino.

Harapan

Sebagai wartawan sepakbola senior, saya berharap, meski sulit, memisahkan olahraga dengan politik praktis.

Kita lupakan saja perlakuan FIFA atas Rusia dan bagaimana upaya FIFA membela Israel. Apa pun yang akan terjadi pada Israel,  Piala Dunia U20 tetap digelar di sini.

IOC sudah melakukan langkah luar biasa saat Olimpiade Tokyo, 2020 lalu. Karena Rusia dihukum lantaran invasinya ke Ukraina, maka negara itu dilarang tampil. IOC telah mempertontonkan kepada kita bahwa olahraga dan politik tidak boleh dicampur-adukan. Rusia sebagai negara dilarang, tapi atletnya tidak.

Maka muncullah bendera NOC Rusia. Si atlet tetap boleh berlaga, tetapi embelem negara: Bendera dan lagu kebangsaannya dilarang. Pemerintah Rusia pun luar biasa menyambutnya. Para atlet bukan hanya diizinkan bahkan tetap dibiayai untuk berlaga di Tokyo.

Nah, jika FIFA dan kita semua sungguh ingin melepaskan olahraga terbebas dari politik praktis, mungkin itu jalan terbaik. Apalagi duta besar Palestina di Jakarta juga tidak masalah sepanjang pandangan politik Indonesia pada Palestina tidak berubah.

Presiden Jokowi sudah menegaskan komitmen Indonesia untuk terus mendukung perjuangan Palestina dalam meraih kemerdekaan.

Hal tersebut disampaikan Jokowi dalam keterangan pers bersama Mohammad I.M. Shatayyeh, Perdana Menteri Palestina, di Istana Bogor, Jawa Barat (24/10/2022).

Halaman:

Editor: Gungde Ariwangsa

Sumber: M Nigara

Tags

Terkini

X