SUARAKARYA.ID: Ibu Kota Negara (IKN), seperti diketahui bakal pindah ke Kalimantan Timur, tepatnya, di wilayah Kecamatan Sepaku Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).
Kepindahan IKN di PPU tentunya tidak cukup hanya dengan membangun infra struktur fisiknya. Namun, simultan dengan itu perlu disertai menyiapkan lingkungan atau ekologi, masyarakat, serta budaya atau eko-sosio-kultura.
Untuk itu, Lembaga Kajian Tanamula Nusantara (LKTN) mengumpulkan kelompok aktivis LSM, budayawan, seniman, dan akademisi untuk berkontribusi terhadap peradaban Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, Kalimantan Timur. Pertemuan itu berlangsung di Salihara Art Center, Jakarta Selatan, Kamis (26/1/2023).
Baca Juga: Tantangan Ketenagakerjaan Pasca Covid-19, Kemnaker Pertemukan Pencari Kerja dengan Industri
Pada kesempatan itu, Ketua Dewan Pengarah LKTN Dr M. Dwi Cahyono mengatakan, IKN RI telah lebih dari tujuh dasawarsa berada di Jakarta, ke depan akan pindah ke Kalimantan Timur.
"Ada pula daerah-daerah terdekat, yang merupakan penyangga, yakni meliputi Kabupaten Kutai Kartanegara, Kabupaten Paser, Kota Balikpapan, serta Kota Samarinda," ungkap Arkeolog dari Universitas Negeri Malang itu.
Dikemukakannya, penyiapan IKN Nusantara di PPU tentunya tidak cukup hanya dengan membangun infra struktur fisik. Namun, perlu disertai dengan menyiapkan lingkungan atau ekologi, masyarakat, serta budaya atau eko-sosio-kultura.
Yang harus adaptif terhadap serangkaian perubahan signifikan, yang tengah dan bakal terus berlangsung, di IKN Nusantara beserta daerah-daerah penyangganya.
Dwi menerangkan, ke depan tentu kawasan IKN Nusantara bakal berubah menjadi kawasan yang lebih multi etnik. Malahan, multi nation, itu sebagai konsekuensi logis atas posisinya sebagai pusat negeri.
Setiap suku dan bangsa yang kelak menghuni IKN Nusantara membawa serta budayanya masing-masing. Sehingga, terbentuk kawasan pemukiman yang multi kultural sebagaimana di Jakarta.
"Warga setempat mustilah pula adaptif dengan tata kehidupan baru, dengan etos kerja baru yang bakal ditumbuhkembangkan di IKN Nusantara," kata Dwi.
Sementara itu, Sekretaris LKTN Riansyah mengatakan, perubahan pesat bakal terjadi di PPU dan sekitarnya. Sehingga hal itu, harus diantisipasi sedari dini.
"Yaitu agar tidak terjadi degar budaya atau keterkejutan budaya atau culture shock. Ketika kelak menghadapi perubahan yang sangat signifikan. Itu bisa jadi pada awalnya dirasakan sebagai suatu kondisi sosio-kultura yang sangat beda dengan kondisi sebelumnya," ungkap Rian.
Maka, perlu adanya penyiapan sosial, agar warga setempat tak teralienasi atau proses menuju keterasingan. Yaitu sebagai dampak hadirnya tata kehidupan baru di lingkungan hidupnya.
Untuk itu, menurut Rian, LKTN hadir di IKN untuk berkontribusi melakukan pendampingan, menjadi mitra pembelajaran, serta fasilitator bagi penguatan diri warga setempat.
"Agar mereka kelak tak terpinggirkan dalam dinamika yang terjadi di tempat hidupnya. Yang telah generatif di PPU dan daerah-daerah sekitarnya," ujar Rian.
Rian mengatakan, LKTN lahir dari proses diskusi kultural. "Berangkat dari niat dan itikat untuk menjadi salah satu entitas yang peduli akan eksistensi IKN. Yang sedang menyongsong masa baru peradaban Nusantara," terangnya.
Dikatakannya, pihaknya perlu menjalin kerja sama dengan berbagai aktivis, pegiat, dan pemerhati sosial budaya Nusantara. Yaitu, sebagai langkah rintisan untuk membangun sinergi antara jaringan masyarakat sipil dalam mengawal bertumbuhnya IKN Nusantara. Yakni, untuk memperkuat aspek humanitas, sosial budaya, dan ekologis.
"Kami ingin mengarusutamakan media seni budaya Nusantara sebagai strategi kebudayaan dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 dan kebangkitan kembali peradaban Nusantara," papar Rian.
Sementara itu, tokoh muda Kutai Kartanegara Ronal J Warsa, mengatakan, masyarakat lokal merasakan banyak manfaat dari pembangunan infrastruktur IKN Nusantara.
"Katakanlah pembangunan jalan dan jembatan baru yang dapat mempersingkat waktu tempuh perjalanan darat," kata Ronal.
Kendati begitu, Ronal mengakui, hingga saat ini warga lokal belum memiliki akses, untuk berkomunikasi dengan pihak IKN Nusantara.
"Untuk itu, sangat perlu pihak yang dapat menjembatani komunikasi efektif antara masyarakat lokal dan otoritas di IKN Nusantara. Kami berharap LKTN dapat berperan seperti itu di IKN Nusantara, " ujar Ronal.
Dalam kegiatan itu, tampil berbagai atraksi seni budaya. Antara lain, orasi dan ekspresi budaya, serta pentas musik Nusantara dari Seroja Intertainment pimpinan Habib Hasyim bin Yahya.***
Artikel Terkait
Infrastruktur Ibukota Baru Seyogyanya Tetap Menghadirkan Arsitektur Daerah
ICK Desak Kapolri Bentuk Tim Independen, Amankan Bolong Saksi Mahkota Suap Tambang Ilegal di Kalimantan Timur
Menko Airlangga Tunggu Dharma Bakti Insinyur Indonesia dalam Pembangunan IKN