Korban Bom Atom Nagasaki Hiroshima Terus Bertanya Apa Salah Mereka

- Selasa, 2 Agustus 2022 | 13:39 WIB
Seorang Hibakusha atau korban bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang masih hidup. (boombastis.com)
Seorang Hibakusha atau korban bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang masih hidup. (boombastis.com)


SUARAKARYA.ID: Korban bom atom Nagasaki Hiroshimo dan warga Jepang tak akan pernah melupakan tragedi paling mengerikan sepanjang hidup tersebut. Bukan hanya soal korban nyawa, tapi keganasan bom atom berimbas pada munculnya beragam penyakit akut dan didiskriminasi.

Korban bom atom Nagasaki Hiroshimo itu mengawali masa suram itu tanpa dugaan. Saat itu, Senin tanggal 6 Agustus 1945, pukul 08.15 pagi waktu Hiroshima, para warga kota sedang beraktifitas seperti biasa.

Korban bom atom Hiroshimo tak mengira bakal dijatuhi bom atom berskala besar dari langit. Ledakan hebat, pekik ketakutan, kesakitan dan kehancuran langsung terjadi dimana-mana.

Baca Juga: Bom Hiroshima dan Nagasaki, Kisah Bom Atom yang Bikin Kaisar Jepang Menyerah

Radiasi dari pecahnya bom atom memberikan imbas mengerikan kepada penduduk kota. Ketika warga Jepang masih belum lepas dari kepedihan, bom atom kedua dijatuhkan di Nagasaki selang 3 hari kemudian.

Pengeboman kedua pada Kamis (9/8/1945) oleh Amerika Serikat itu langsung membuat Jepang mengibarkan bendera putih. Kaisar Jepang menyatakan menyerah kepada sekutu.

Keputusan terlambat, sebanyak 140.000 penduduk Hiroshima dan 74.000 warga Nagasaki terlanjur tewas. Rata-rata yang meninggal adalah karena terbakar panas atau tersengat radiasi nuklir ketika itu.

Baca Juga: Lirik Lagu Mundur Alon alon - Nella Kharisma

Tapi efek mengerikan bukan hanya terjadi saat itu. Bom atom Nagasaki Hiroshima menyebabkan banyak ibu hamil keguguran dan anak-anak yang menjadi yatim piatu.

Radiation Effect Research Foundation (RERF) melaporkan dampak dari ledakan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, dalam kajiannya berjudul Birth Defects among the Children of Atomic-bomb Survivors (1948-1954).

"Tidak ada peningkatan yang signifikan secara statistik, tetapi yang utama adalah berdampak pada cacat lahir atau hasil dari kehamilan yang tidak diinginkan lainnya, terlihat di antara anak-anak yang selamat, terlahir cacat," tulis laporan penelitian RERF.

Baca Juga: KAI Daop 8 Peringati Hari Anak Nasional Lewat Dongeng Edukasi Tentang Kereta Api

Mereka melakukan pemantauan pada hampir semua ibu hamil di Hiroshima dan Nagasaki sejak 1948 dan terus berlanjut selama enam tahun.

Beberapa bayi yang lahir secara normal, membawa penyakit akut dalam tubuhnya dan suatu waktu akan muncul saat mereka mulai tumbuh dewasa, ada juga yang tak berumur panjang.

Salah satu saksi mata, Yasujiro Tanaka masih berusia 3 tahun saat bom yang dijatuhkan pesawat Amerika Serikat di kotanya. "Saya tidak ingat banyak, tetapi saya ingat bahwa lingkungan saya berubah menjadi putih menyilaukan, seperti jutaan lampu kilat kamera meledak sekaligus. Lalu, menjadi gelap gulita," ujarnya seperti dikutip dari nationalgeographic.grid.

Halaman:

Editor: Markon Piliang

Sumber: Nationalgeographic.grid.id

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X