SUARAKARYA.ID: Peredaran obat tradisional dan kosmetik mengandung zat berbahaya masih banyak ditemukan di pasaran. Parahnya lagi, masih banyak pedagang yang tidak mengetahui bajwa barang yang dijual ternyata mengandung zat berbahaya.
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Semarang terus mengintensifkan pengawasan dan sosialisasi ke masyarakat. Dengan menggandeng Komisi IX DPR RI, BPOM Semarang melakukan sosialisasi di 93 titik.
"Pengetahuan pedagang terhadap obat berbahaya masih banyak yang belum tahu. Maka kami terus gencarkan sosialisasi terutama untuk jamu dan bahan kimia obat (BKO)," jelas Koordinator Substansi Informasi dan Komunikasi BBPOM Semarang, Novi Eko Rini di sela-sela acara komunikasi, informasi dan edukasi cerdas memilih obat yang aman bersama Anggota Komosi IX DPR RI, Muchamad Nabil Haroen, di Solo Techno Park (STP) Solo, Jumat (22/4/2022).
Baca Juga: Berbagi Kebahagiaan Bulan Ramadhan, Menaker Bagikan 1.500 Paket Sembako Di Tiga Daerah
Dengan menggandeng mitra kerja dari komisi IX sosialisasi diharapkan bisa sampai ke masyarakat di pedesaan. Karena peredaran obat tradisional mengandung zat berbahaya ini banyak ditemukan di pedesaan.
"Kalau di Jawa Tengah untuk bahan kimia obat dalam jamu banyak ditemukan di Brebes, Tegal. Kalau kosmetik kemarin ditemukan di Kudus," jelasnya lagi.
Untuk mengantisipasi agar masyarakat aman saat membeli obat tradisional dan kosmetik bisa dilakukan cekklik yakni cek kemasan, label izin edar dan kadaluarsa. Untuk izin edar bisa dilihat melalui aplikasi BPOM mobile.
Baca Juga: Mike Tyson Pukuli Penumpang Pesawat Hingga Babak Belur
Pada kesempatan yang sama, Anggota Komisi IX DPR RI, Muchamad Nabil Haroen atau Gus Nabil mengatakan sosialisasi kali ini menyasar pedagang pasar. Setelah sosialisasi, pihaknya akan melakukan sidak ke pasaran.
"Kita berikan edukasi ke pedgaang agar bisa memilih bahan makanan yang dijual aman dikonsumsi. Ke depan kita akan sidak ke pasar dan yang kita lakukan adalah pendampingan," jelas Gus Nabil.
Karena pedagang tersebut tidak salah, karena mereka dipasok dari suplier. Para suplier tersebut ingin mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dengan mencampur produk dan bahan berbahaya.
"Hal ini banyak ditemukan di produk kosmetik dan yang lainnya. Produk dikemas dalam judul herbal dan lain-lain tapi didalamnya ternyata ada kandungan zat kimia obat," jelasnya lagi.
Baca Juga: ITS Luncurkan Tabungan Sampah Terpadu Pada Peringatan Hari Bumi
Artikel Terkait
BPOM akan Perketat Standar Batas Migrasi Setelah Ditemukan Ada Bahaya BPA Pada Kemasan Air Minum
BPOM: Kontaminasi BPA pada Galon Isi Ulang Mengkhawatirkan
Komisi IX DPR Apresiasi BP2MI Beri Layanan VVIP Pada PMI, Lebih Dari Anggota DPR