SUARAKARYA.ID: Suhu Iklim Kabupaten Bogor pagi itu Sabtu (28/1/2023) berada pada kisaran 26 - 28 °c.
Suhu dingin ditambah gerimisnya hujan sejak subuh dan tiupan angin pagi itu terasa menusuk hingga kedalam tubuh. Tak masalah.
Suhu tersebut tak urung niat 51 wartawan dari seluruh Indonesia itu untuk pergi mengajar di MI Badriyah kabupaten Bogor ini.
Lokasi MI Badriyah itu hanya berjarak 1 kilo meter dari hotel Royal Tulip Bogor tempat 51 wartawan dan kru BRI menginap.
Baca Juga: Perampokan Terjadi di BRI Link Lampung Tengah Pelaku Tusuk Pegawai Gerai dan Bawa Kabur Rp15 Juta
Ada yang jalan kaki tapi beberapa orang wartawan termasuk penulis menumpang mobil jemputan menuju lokasi MI Badriyah itu.
Begitu tiba di lokasi terlihat Madrasah Ibtidaiyah al-Badriyah, Desa Gunung Geulis, Kecamatan Sukaraja, Bogor, Jawa Barat memang masih jauh dari sempurna.
Kondisi paling memprihatinkan adalah siswa kelas V harus belajar di Mushola karena keterbatasan ruangan.
Tepat pukul 8.00 pagi itu wartawan yang bertugas mengajar masuk kelas.
Terdapat 4 kelompok wartawan yang diberikan tugas mengajar.
Untuk kelas V wartawan yang mengajar di sini adalah Novita Sari Simamora, Yacob Nauly, Andi Pausiah dan Arif Gunawan.
Kaget dan prihatin ketika melihat 10 murid kelas V MI Badriyah ini belajar di ruang Mushola yang hanya beralaskan tikar.
Kondisi ruangan itu membuat murid sepertinya kurang nyaman belajar di kelas ini.
Meski begitu murid kelas V itu antusias ketika mengikuti pelajaran singkat yang kami berempat wartawan ini bawakan.
Paparan materi dari 4 wartawan ini mencoba menggali tentang bagaimana murid kelas V itu memanfaatkan uang jajan yang didapat dari orang tuanya.
Semua murid mendapatkan jatah uang jajan dari orang tuanya. Kecuali satu murid yang mengaku akan menjadi Uztad itu tak diberikan uang jajan.

Murid-murid ini dalam membelanjakan uang pemberian orang tua ada yang dihabiskan. Tapi ada pula murid yang menyisihkan sebagian uang jajanannya itu ke dalam celengan.
Kesempatan baik ini wartawan memperkenalkan mafaat menabung bagi masa depan mereka.
Contoh yang ditawarkan misalnya seseorang mendapat jatah Rp10 ribu. Jumlah uang ini jangan habis dibelanjakan tapi seperduanya ditabung.
Baca Juga: Menteri Erick Thohir Singgung Pendapatan Agen BRILInk Lebih Besar dari Gaji Menteri
Semisal per hari nabung Rp5 ribu kali 26 hari sekolah berarti tertabung Rp130 ribu.
Tabungan sebesar itu tetap berada di celengan hingga 6 bulan atau satu tahun barulah dibuka.
Uang yang sudah diambil dari celengan harus ditabung pada lembaga pengelola keuangan seperti BRI.
Dari 10 murid kelas V tersehut 70 persen mereka paham jika menabung itu baik karena memiliki cadangan anggaran.
Bahkan ada tiga siswa mengaku punya hobi nabung di celengan. Berbeda dengan murid lainnya yang baru akan menabung menyambut masa depannya.
Belajar bersama wartawan ini berakhir dengan kuis yang dilemparkan ke murid-murid. Satu murid menjawab dengan benar langsung mendapat hadiah.
Sedangkan murid lainnya tetap menerima hadiah yang telah disiapkan Panitia.
Kepala MI Al Badriyah Bogor, Muhamad Mubarok menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada BRI yang telah mendonasikan Rp500 juta kepada MI ini.
Dana itu akan digunakan untuk membangun dan merenovasi madrasah tersebut. Agar proses belajar mengajar di sekolah ini makin baik.
Ia juga bersyukur karena para jurnalis memberikan ilmu kewartawanan untuk menambah wawasan pengetahuan 164 siswa MI Badriyah tentang Jurnalis.
Mubarok menjelaskan, <span;>MI al-Badriyah dikelola oleh Yayasan Pendidikan al-Badriyah.
Lokasi lembaga pendidikan itu tidak jauh dari kawasan hunian dan wisata elite yang dikembangkan oleh salah satu raksasa pengembang properti di Indonesia.
Sayangnya, kondisi masyarakat sekitar Gunung Geulis masih sangat kontras dengan kemewahan yang ditawarkan oleh pihak pengembang tersebut.
“Di kampung ini masih banyak anak putus sekolah. Kadang selepas SD, mereka tidak bisa lanjut ke SMP,” kata Mubarok.
Menurutnya, kendala geografis menjadi salah satu faktor penyebab anak-anak di Gunung Geulis putus sekolah.
Dikatakan SMP terdekat dari desa itu berjarak sekitar 2-4 km di medan yang penuh dengan tanjakan dan turunan terjal.
Bagi orang tua yang memiliki sepeda motor, jarak tempuh tersebut mungkin tidak terlalu menjadi masalah.
Berbeda bagi mereka yang tidak punya kendaraan, jarak itu cukup memberatkan bagi anak-anak usia sekolah untuk ditempuh setiap hari.
Karena itulah, Mubarok dan para guru di al-Badriyah memiliki cita-cita untuk terus membangun madrasah yang mereka kelola.
Sehingga kelak dapat melanjutkannya dengan mendirikan sekolah untuk jenjang tsanawiyah atau SMP.
Baca Juga: Rp180 Juta Milik BRI Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang Dirampok Saat Jam Shalat Jumat
“Dengan begitu, kami berharap anak-anak tidak perlu lagi pergi jauh-jauh cari SMP, dan angka putus sekolah di desa ini pun bisa turun secara signifikan,” ujar Mubarok.

Dia menjelaskan, semua murid di MI al-Badriyah dibebaskan alias digratiskan dari biaya SPP. Sementara untuk menggaji para guru dan pihak yayasan mengandalkan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang dikucurkan oleh Kementerian Agama.
Begitulah sekilas cerita perkembangan MI Badriyah Bogor yang kini menerima bantuan dana dari BRI melalui Program CSR. ***
Artikel Terkait
Darurat Literasi Finansial versi BRI Perlu Didukung - Buktinya Tukang Becak Kuras Rekening Pihak Lain
BRI dan Kemendikbudristek Buka Magang Kampus Merdeka Cyle 4 Magenta 2023
KUR BRI Cair Rp50Juta, Hanya Bermodalkan KK dan KTP Tak Perlu Login ke kur.co.id
Perampokan Terjadi di BRI Link Lampung Tengah Pelaku Tusuk Pegawai Gerai dan Bawa Kabur Rp15 Juta
BRI Microfinance Outlook 2023: Peran Strategis BRI Akselerasi Inklusi Keuangan & Praktik ESG di Indonesia