Cuaca Dingin Tak Halangi 51 Wartawan Bea Siswa BRI Mangajar di MI Badriyah Kabupaten Bogor

- Senin, 30 Januari 2023 | 05:59 WIB
Cuaca Dingin Tak Halangi  51 Wartawan  Bea Siswa BRI Mangajar di MI Badriyah Kabupaten Bogor  (Istimewa)
Cuaca Dingin Tak Halangi 51 Wartawan Bea Siswa BRI Mangajar di MI Badriyah Kabupaten Bogor (Istimewa)


SUARAKARYA.ID:  Suhu Iklim Kabupaten  Bogor pagi itu Sabtu (28/1/2023)  berada pada kisaran   26 - 28 °c.

Suhu dingin  ditambah gerimisnya hujan sejak subuh dan tiupan angin pagi itu terasa menusuk hingga kedalam tubuh. Tak masalah.

Suhu tersebut  tak urung niat  51 wartawan dari seluruh Indonesia itu untuk pergi mengajar di MI Badriyah kabupaten Bogor ini.

Lokasi  MI Badriyah itu hanya berjarak 1 kilo  meter dari hotel Royal Tulip Bogor tempat 51 wartawan dan kru BRI menginap.

Baca Juga: Perampokan Terjadi di BRI Link Lampung Tengah Pelaku Tusuk Pegawai Gerai dan Bawa Kabur Rp15 Juta

Ada yang jalan kaki tapi beberapa orang wartawan termasuk penulis menumpang mobil jemputan  menuju lokasi MI Badriyah itu.

Begitu tiba di lokasi terlihat Madrasah Ibtidaiyah al-Badriyah, Desa Gunung Geulis, Kecamatan Sukaraja, Bogor, Jawa Barat memang masih jauh dari sempurna.

Kondisi paling memprihatinkan  adalah  siswa kelas V harus belajar di  Mushola karena keterbatasan ruangan.

Tepat pukul 8.00  pagi itu  wartawan yang bertugas mengajar masuk kelas.

Terdapat 4 kelompok wartawan yang  diberikan tugas mengajar.

Untuk kelas V wartawan yang mengajar di sini adalah Novita Sari Simamora, Yacob Nauly, Andi Pausiah dan Arif Gunawan.

Kaget dan prihatin ketika melihat 10 murid kelas V  MI Badriyah ini belajar di ruang Mushola yang hanya beralaskan tikar.

Kondisi ruangan  itu membuat murid sepertinya kurang  nyaman belajar di  kelas  ini.

Meski begitu murid kelas V itu antusias ketika mengikuti pelajaran singkat yang kami berempat wartawan  ini bawakan.

Paparan materi dari 4 wartawan ini mencoba menggali  tentang bagaimana murid kelas V itu memanfaatkan  uang  jajan yang  didapat dari  orang tuanya.

Semua murid mendapatkan jatah uang jajan dari orang tuanya. Kecuali satu murid yang mengaku akan menjadi Uztad  itu tak diberikan uang jajan.

BRI  Peduli  Donasikan Rp500 Juta  Bagi MI Badriyah
BRI Peduli Donasikan Rp500 Juta Bagi MI Badriyah (Istimewa)


Murid-murid ini dalam membelanjakan uang pemberian orang tua ada yang dihabiskan. Tapi ada pula murid yang menyisihkan sebagian uang jajanannya itu ke dalam celengan.

Kesempatan baik ini  wartawan  memperkenalkan mafaat menabung bagi masa depan mereka.

Contoh yang ditawarkan misalnya seseorang mendapat jatah Rp10 ribu. Jumlah uang ini jangan  habis dibelanjakan tapi seperduanya ditabung.

Baca Juga: Menteri Erick Thohir Singgung Pendapatan Agen BRILInk Lebih Besar dari Gaji Menteri

Semisal per hari nabung Rp5 ribu kali 26 hari sekolah berarti tertabung Rp130 ribu.

Tabungan sebesar itu tetap berada di celengan hingga 6 bulan atau satu tahun barulah dibuka.

Uang yang sudah diambil dari celengan  harus  ditabung pada lembaga pengelola keuangan seperti  BRI.

Dari 10  murid kelas V tersehut  70 persen mereka  paham jika menabung itu baik karena memiliki cadangan anggaran.

Bahkan ada tiga siswa  mengaku punya hobi nabung di celengan. Berbeda dengan murid lainnya yang baru akan menabung  menyambut masa depannya.

Belajar bersama wartawan ini berakhir dengan kuis yang dilemparkan ke murid-murid. Satu murid menjawab dengan benar langsung mendapat hadiah.

Sedangkan murid lainnya tetap menerima hadiah  yang telah disiapkan Panitia.

Kepala MI Al Badriyah Bogor, Muhamad Mubarok menyampaikan terima  kasih yang tak terhingga kepada BRI yang telah mendonasikan Rp500 juta kepada MI ini.

Dana  itu akan digunakan untuk membangun dan merenovasi  madrasah tersebut. Agar proses belajar mengajar  di  sekolah ini makin baik.

 Ia juga bersyukur karena  para jurnalis  memberikan ilmu kewartawanan untuk menambah wawasan pengetahuan 164 siswa  MI Badriyah  tentang Jurnalis.

Mubarok menjelaskan, <span;>MI al-Badriyah dikelola oleh Yayasan Pendidikan al-Badriyah.

Lokasi lembaga pendidikan itu tidak jauh dari kawasan hunian dan wisata elite yang dikembangkan oleh salah satu raksasa pengembang properti di Indonesia.

Sayangnya, kondisi masyarakat sekitar Gunung Geulis masih sangat kontras dengan kemewahan yang ditawarkan oleh pihak pengembang tersebut.

“Di kampung ini masih banyak anak putus sekolah. Kadang selepas SD, mereka tidak bisa lanjut ke SMP,” kata Mubarok.

Menurutnya, kendala geografis menjadi salah satu faktor penyebab anak-anak di Gunung Geulis putus sekolah.

Dikatakan  SMP terdekat dari desa itu berjarak sekitar 2-4 km di medan yang penuh dengan tanjakan dan turunan terjal.

Bagi orang tua yang memiliki sepeda motor, jarak tempuh tersebut mungkin tidak terlalu menjadi masalah.

Berbeda bagi mereka yang tidak punya kendaraan, jarak itu cukup memberatkan bagi anak-anak usia sekolah untuk ditempuh setiap hari.

Karena itulah, Mubarok dan para guru di al-Badriyah memiliki cita-cita untuk terus membangun madrasah yang mereka kelola.

Sehingga  kelak dapat melanjutkannya dengan mendirikan sekolah untuk jenjang tsanawiyah atau SMP.

Baca Juga: Rp180 Juta Milik BRI Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang Dirampok Saat Jam Shalat Jumat

“Dengan begitu, kami berharap anak-anak tidak perlu lagi pergi jauh-jauh cari SMP, dan angka putus sekolah di desa ini pun bisa turun secara signifikan,” ujar Mubarok.

Siswa MI Badriyah Fokus Dengar Arahan BRI
Siswa MI Badriyah Fokus Dengar Arahan BRI (suarakarya.id - Yacob Nauly)


Dia menjelaskan, semua murid di MI al-Badriyah dibebaskan alias digratiskan dari biaya SPP. Sementara untuk menggaji para guru dan pihak yayasan mengandalkan dana  BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang dikucurkan oleh Kementerian Agama.

Begitulah sekilas cerita perkembangan MI Badriyah  Bogor yang kini menerima bantuan dana dari BRI melalui Program CSR. ***

Editor: Dwi Putro Agus Asianto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Gelar Putih Abu Berdzikir, Sambut Ramadhan di NTB

Selasa, 21 Maret 2023 | 16:31 WIB
X