JAKARTA: Upaya pemerintah dalam menangani virus Covid-19 di Indonesia harus mendapat dukungan seluruh masyarakat Indonesia. Pasalnya, virus mematikan tersebut kembali menunjukkan keaktifannya dan cenderung meninggi kembali.
Per tanggal 18 Juli 2020, WHO telah mengumumkan terjadi penambahan sebesar 259.000 kasus baru dan 7.360 kematian dalam waktu 24 jam. Untuk Indonesia, tercatat ada 1.462 kasus baru dan 84 kematian, dengan total kasus terkonfirmasi sebesar 83.130 dan total kematian akibat Covid-19 sebesar 3.957.
"Indonesia bukan satu-satunya negara yang mengalami kendala dalam upaya penanggulangan wabah ini. Terutama setelah diberlakukannya kebijakan 'New Normal' atau 'Adaptasi Kebiasaan Baru' yang ternyata belum dapat menuai hasil yang diharapkan," kata dokter Sonia Wibisono di kediaman Jakarta Selatan saat berbincang dengan beberapa pakar kesehatan, Selasa (21/7/2020).
Apalagi, kata Sonia, satu persatu rekan sejawat seperti petugas kesehatan terus berguguran saat melawan pandemi Covid-19. Bila tidak ditangani dengan baik, petugas kesehatan ibarat pohon yang sedang menunggu tumbang saja. Sungguh memilukan.
Untuk membantu pemerintah menangani Covid-19, dokter cantik ini menggali lebih jauh wawancara mendalam pandangan dan pengalaman dengan pakar epidemiologi, public health (kesehatan masyarakat) , dokter ahli paru dan ahli strategi anggaran kesehatan di akun youtube soniawibisono. Yaitu Prof Dr. dr Hasbullah Thabrani, Dr Abidinsyah Siregar, DHSM, MBA, M.Kes, Dr Pandu Riono, MPH. Ph.D, Brigjen TNI (Purn) Dr dr Supriyantoro, Sp.P. MARS.
Para pakar tersebut menegaskan penanganan Covid harus dilakukan dari hulu ke hilir. Pandemi Ibarat kebakaran hutan, asap yang timbul dari kebakaran tersebut adalah pelemahan ekonomi. Namun, cara penanganan utama kebakarannya adalah mematikan apinya, harus menyelesaikan persoalan yang terjadi di hulu, yakni masalah edukasi kesehatan sampai ke hilir yakni masalah penanganan terapi Covid.
"Tingkat kedisiplinan masyarakat yang masih rendah yang diakibatkan salah satunya adalah edukasi masyarakat Indonesia yang minim dan tingkat ekonomi yang rendah dalam melakukan pencegahan dan perlindungan mandiri, serta beredarnya bermacam informasi yang tidak akurat, hoaks dan menyesatkan mengenai wabah ini turut menjadi stimulus penyebab munculnya beberapa cluster baru sumber penyebaran virus," ungkap Sonia mengutip pernyataan Prof Hasbullah Thabrani.
Salah satu owner LAVme spray antivirus tersebut menyebut, kerja keras pemerintah Indonesia dalam menangani wabah ini patut dihargai dan sudah tepat di jalan jalur rel sesuai protokol WHO, karena pemerintah sudah berusaha keras untuk menjalankan segala upaya penanggulangan, mulai dari menyediakan tempat-tempat karantina di seluruh wilayah nusantara, melarang penerbangan sementara waktu, melakukan PSBB dengan titik tekan pada partisipasi lokal dan daerah, serta sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat melalui beragam media. Termasuk terkini, Presiden Jokowi menerbitkan Inpres untuk mulai menegakkan sanksi bagi masyarakat yang melanggar protokol kesehatan.
"Namun demikian, ada beberapa upaya tambahan yang bisa dilakukan untuk mempercepat penanggulangan pagebluk Covid-19 ini, atau minimal mengurangi laju penyebaran infeksi dan kematian," tutur Sonia.
Pertama, kata Sonia, meningkatkan partisipasi secara aktif masyarakat dalam penyebaran informasi, edukasi, dan tindak cepat pencegahan, dengan cara mengikutsertakan peran para “influencers”, program TV, media massa, yang terkoordinir dan terpadu dalam penyebaran informasi yang benar, akurat, tepat dan terkini mengenai wabah Covid-19, mengikutsertakan segenap stakeholders di daerah mulai dari tingkat provinsi, kabupaten, kota, kecamatan, desa, hingga RT/RW dengan pemanfaatan kader kesehatan yang sudah ada, dokter di lini pertama (puskesmas, klinik swasta, RS), melibatkan segenap penyedia layanan informasi dan internet yang ada di Indonesia untuk menyebarluaskan informasi yang benar melalui beragam sarana seperti sms, aplikasi, iklan, hingga banner maupun flyer agar masyarakat terdorong untuk terbiasa dengan upaya perlindungan diri dan pencegahan penularan, menumbuhkan sikap saling menjaga dan saling peduli di masyarakat luas, dengan cara melakukan pengawasan, pemberian sanksi, serta edukasi tentang perlunya menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan desinfektan secara rutin.
Setiap stakeholders perlu dilibatkan secara aktif dalam proses edukasi ini. "Meminta segenap lembaga, perkantoran, atau tempat-tempat yang rawan menjadi cluster baru, untuk kembali menerapkan tindakan preventif seperti penggunaan masker, ketersediaan desinfektan, pengecekan suhu tubuh, penggunaan partisi atau pembatas untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara langsung dan menjaga jarak secara aman dengan tidak berkumpul apalagi bergerombol,"urai Duta Kesehatan WHO ini.
Kedua, lanjut dia, sentralisasi sistem informasi dari satu pintu atau membuat website atau portal untuk mempermudah masyarakat mengetahui perkembangan dari segala sesuatu yang berkaitan dengan penanggulangan wabah, yang melibatkan kerjasama antara Kemenkes, Kemkominfo, Kemenlu, serta Kementerian lain yang terkait (termasuk pemenuhan APD medis dan nonmedis, RS, pemisahan ruang UGD Covid maupun nonCovid, RS Covid atau nonCovid, terapi plasma)
"Sentralisasi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi secara cepat, lengkap, dan akurat mengenai perkembangan penanggulangan wabah ini,"jelas influencer dan selebritas ini.
Ketiga, kata Sonia, transparansi informasi mengenai penyebaran, pendataan, pengetesan, penanganan, dan pendanaan. Masih banyak informasi yang sukar diperoleh masyarakat tentang upaya penanggulangan wabah yang sudah dilakukan pemerintah dan instansi terkait, seperti tempat-tempat untuk melakukan tes, kesiapan anggaran dan insentif bagi rumah sakit hingga klinik bukan saja milik pemerintah tapi juga swasta.