SUARAKARYA.ID: Presiden Rusia Vladimir Putin menangguhkan partisipasi Moskow dalam pakta kontrol senjata nuklir terakhir yang tersisa dengan AS.
Langkah ini diumumkan Putin dalam pidato 'pahit' tahunannya, Selasa (22/2/2023), di mana dia menjelaskan tidak akan mengubah strateginya dalam perang di Ukraina.
’’Saya terpaksa mengumumkan bahwa Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian senjata ofensif strategis,’’ bunyi penggalan pidato Putin yang disiarkan langsung Stasiun TV Rusia.
Baca Juga: Waspada Demam Berdarah, Babinsa Koramil 1710-02/Timika Lakukan Fogging DBD Bersama Tim Dinkes
Dalam pidato kenegaraan yang telah lama tertunda, Putin menyebut negaranya - dan Ukraina - sebagai korban kesepakatan ganda Barat. Menurut Putin, Rusia bukan Ukraina, yang berjuang untuk keberadaannya.
“Kami tidak memerangi rakyat Ukraina,” kata Putin dalam pidato, dua hari sebelum ulang tahun pertama perang melawan Ukraina, Jumat (24/2/2023).
“Rakyat Ukraina telah menjadi sandera rezim Kyiv dan penguasa Baratnya, yang secara efektif telah menduduki negara itu,” ujarnya.
Baca Juga: Vanny Tousignant dan NYIFW Gelar International Fashion Week
Pidato tersebut mengulangi serangkaian keluhan yang sering ditawarkan oleh pemimpin Rusia sebagai pembenaran untuk kampanye serangan militernya.
Meski dikutuk secara luas, Putin bersumpah tidak akan menghentikan militer dalam konflik dengan Ukrana, yang telah membangkitkan kembali ketakutan akan Perang Dingin baru.
Selain itu, Putin meningkatkan taruhannya dengan menyatakan bahwa Moskow akan menangguhkan partisipasinya dalam apa yang disebut Perjanjian START (The Strategic Arms Reduction Treaty) Baru.
Baca Juga: BPJAMSOSTEK Gerak Cepat Bayarkan Manfaat, Kurir yang Meninggal Saat Antar Paket
Pakta, yang ditandatangani tahun 2010 oleh AS dan Rusia tersebut membatasi jumlah hulu ledak nuklir jarak jauh yang dapat dikerahkan kedua belah pihak dan membatasi penggunaan rudal yang dapat membawa senjata atom.
START sendiri semula merupakan perjanjian bilateral antara AS dan Uni Soviet tentang pengurangan dan pembatasan senjata ofensif strategis. Perjanjian tersebut ditandatangani, 31 Juli 1991 dan mulai berlaku tanggal 5 Desember 1994.
Artikel Terkait
Presiden Jokowi Bertemu Presiden Putin di Kremlin, Siap Jembatani Komunikasi Rusia-Ukraina
Jokowi Minta Jaminan Keamanan Rusia Bagi Pasokan Pangan Ukraina, Putin Puas Negosiasi RI-Rusia
Pidato Lengkap Jokowi Dalam Pernyataan Pers Bersama Presiden Putin Di Istana Kremlin, Moskow
Putin Absen, Zelensky via Daring, Jokowi Apresiasi Kehadiran 36 Pemimpin Dunia di KTT G20 Bali
Putin Sampaikan Belasungkawa ke Joko Widodo terkait Gempa Cianjur
Serangan Drone Malam Hari Hantam Kyiv saat Putin Menuju ke Belarusia